Welcome to My Blog

Have Informasi then you will control the world entirely. Use Teknology as the weapon to get Information. Greetings the success...


Yudhie17

BLOG DETIK

Kamis, 06 November 2008

Peneliti Indonesia Merintis Bahan Bakar Nabati yang Kedua

Bahan bakar minyak yang terus menurun kandungannya di perut bumi dibarengi dengan harganya yang cenderung menanjak mendorong penelitian untuk meningkatkan pemanfaataan alternatif energi lainnya. Salah satunya pilihan energi adalah Bahan Bakar Nabati.

Penelitian Bahan Bakar Nabati di Indonesia telah dirintis sejak tahun 1980-an antara lain oleh Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). Pada tahap awal penelitian ini telah melibatkan lembaga riset Jepang seperti NEDO.

Kerjasama riset energi yang dilakukan Indonesia-Jepang lebih terfokus pada teknologi pemanfaatan biomasa dan energi surya, serta upaya mengkombinasi sumber energi yang ada dengan sistem hibrid, jelas Komaruddin Hidayat, peneliti energi yang juga Rektor Universitas Dharma Persada, dalam sesi diskusi tertang energi terbarukan, di Japan Expo.

Produksi Bahan bakar Nabati, lanjut Komaruddin mengalami peningkatan hasil dan reduksi biaya produksi karena diterapkan metode pemanasan suhu tinggi tanpa katalis (non catalytic superheated methode).

Daur ulang minyak goreng atau jelantah sebagai bahan baku biodiesel telah diterapkan di rumahtangga dan restoran di kota Kyoto Jepang, sejak tahun 1997. Penelitian tersebut, jelas Yasuyuki Sagata dari Universitas Tokyo, selain dilakukan peneliti dari universitasnya, juga melibatkan University of Sluga Perfecture, National Food Research Institute dan pihak swasta yaitu Kajima Corporation. Biodiesel yang dihasilkan dari minyak jelantah melalui reaksi termal trans-esterifikasi ini kemudian dicampur dengan minyak solar atau diesel dengan komposisi 20 : 80.

Sekam padi

Kerjasama penelitian juga dilakukan pada pengembangan tungku yang menggunakan sekam padi. Optimasi efisiensi tungku dilakukan dengan mendesain sistem pembakaran hingga tercapai peningkatan efisien nilai kalor sebesar 11,8 persen. Untuk memasak 200 liter selama 3 jam diperlukan bahan bakar seberat 35 kilogram.

Sementara itu, penggunaan minyak jarak pagar (jatropha curcas) secara besar-besaran di Indonesia diketahui telah diintroduksi Jepang, ketika menjajah Indonesia pada tahun 1942. Pengembangan teknik pengolahan minyak jarak, kini dilakukan kedua belah pihak Indonesia-Jepang dalam kerjasama riset. Dalam hal ini Jepang memperkenalkan metode gelembung (bubble methode) untuk memisahkan atau memurnikan minyak jarak dari getah atau lemaknya, sehingga menjadi lebih encer dan jernih.

Hasil penelitian ini lebih lanjut dikembangkan untuk skala lebih besar. BPPT misalnya membangun pabrik biodiesel dari minyak sawit berkapasitas 8 ton per hari di Pekan Baru. Adapun kan pabrik minyak jarak dibangun di Sukabumi, Jawa Barat

Teknologi bahan bakar nabati generasi kedua dilakukan di Universitas Kyoto dan Universitas Tokyo dengan melibatkan peneliti dari Universitas Dharma Persada di Indonesia. Salah satu hasilnya adalah penemuan metode Saka-Dadan, oleh Dadan Kusdiana dari peneliti dari Direktorat Jendral Listrik dan Pengembangan Energi. Ia menemukan metode pembuatan biodiesel berkualitas tinggi tanpa katalis. Untuk itu digunakan dua tahapan proses hidrolisis dan esterifikasi dengan metode supercritical metanol

Tidak ada komentar: